SELAMAT DATANG DI BLOG KAMI! TUHAN BERKATI!

"Hendaklah damai sejahtera Kristus memerintah dalam hatimu, karena untuk itulah kamu telah dipanggil menjadi satu tubuh. Dan bersyukurlah!" [Kolose 3:15]

Jumat, 12 Maret 2010

LAKI-LAKI MODERN - BERANI MATI DEMI CINTA ?

Suami saya adalah seorang Sarjana Teknik, saya mencintai sifatnya yang alami dan saya menyukai perasaan hangat yang muncul ketika saya bersender di bahunya yang bidang.

Tiga tahun dalam masa kenalan dan bercumbu sampai sekarang, dua tahun dalam masa pernikahan, saya harus mengakui, bahwa saya mulai merasa lelah dengan semua ini, alasan-alasan saya mencintai pada waktu dulu, telah berubah menjadi sesuatu yang melelahkan.

Saya seorang wanita yang sentimental dan benar-benar sensitif dan berperasaan halus, saya merindukan saat-saat romantis seperti seorang anak kecil yang menginginkan permen. Dan suami saya bertolak belakang dengan saya, rasa sensitifnya kurang, dan ketidakmampuannya untuk menciptakan suasana yang romantis di dalam pernikahan kami telah mematahkan harapan saya tentang cinta.

Suatu hari, akhirnya saya memutuskan untuk mengatakan keputusan saya kepadanya yaitu saya menginginkan perceraian.

“Mengapa?”, dia bertanya dengan terkejut.

“Saya lelah, terlalu banyak alasan yang ada di dunia ini”, jawab saya.

Dia terdiam dan termenung sepanjang malam dengan rokok yang tidak putus-putusnya.
Kekecewaan saya semakin bertambah, seorang pria yang bahkan tidak dapat mengekspresikan perasaannya, apalagi yang saya bisa harapkan darinya?

Dan akhirnya dia bertanya, “Apa yang dapat saya lakukan untuk merubah pikiranmu?”
Seseorang berkata, mengubah kepribadian orang lain sangatlah sulit dan itu benar, saya mulai kehilangan kepercayaan bahwa saya bisa mengubah pribadinya.

Saya menatap dalam-dalam matanya dan menjawab dengan pelan, “Saya punya pertanyaan untukmu, jika kamu dapat menemukan jawabannya di dalam hati saya, saya akan merubah pikiran saya. Seandainya katakanlah saya menyukai setangkai bunga yang ada di tebing gunung dan kita berdua tahu jika kamu memanjat gunung itu, kamu akan mati. Apakah kamu akan melakukannya untuk saya?”.



Dia berkata, “Saya akan memberikan jawabannya besok.”

Hati saya langsung gundah mendengar responnya. Keesokan paginya, dia tidak ada di rumah dan saya melihat selembar kertas dengan coret-coretan tangannya di bawah sebuah gelas yang berisi susu hangat yang bertuliskan……..

“Sayang,

Saya tidak akan mengambil bunga itu untukmu, tetapi ijinkan saya untuk menjelaskan alasannya
.

Kalimat pertama yang menghancurkan hati saya. Saya melanjutkan membacanya kembali.

“Kamu hanya bisa mengetik di komputer dan selalu mengacaukan program di PC-nya dan akhirnya menangis di depan monitor, saya harus memberikan jari-jari saya supaya saya bisa menolong untuk memperbaiki programnya.”

“Kamu selalu lupa membawa kunci rumah ketika keluar rumah, dan saya harus memberikan kaki saya supaya bisa masuk mendobrak rumah, membukakan pintu untukmu.”

“Kamu suka jalan-jalan keluar kota tetapi selalu nyasar di tempat-tempat baru yang kamu kunjungi, saya harus memberikan mata saya untuk mengarahkanmu.”

“Kamu selalu pegal-pegal pada waktu “teman baikmu” datang setiap bulannya, saya harus memberikan tangan saya untuk memijat kakimu yang pegal.”

“Kamu senang diam didalam rumah, dan saya kuatir kamu akan jadi “aneh”. Saya harus memberikan mulut saya untuk menceritakan lelucon-lelucon dan cerita-cerita untuk menyembuhkan kebosananmu.”

“Kamu selalu menatap komputermu dan itu tidak baik untuk kesehatan matamu, saya harus menjaga mata saya sehingga ketika kita tua nanti, saya masih dapat menolong mengguntingkan kukumu dan mencabuti ubanmu”.

“Saya akan memegang tanganmu, menelusuri pantai, menikmati sinar matahari dan pasir yang indah, menceritakan warna-warna bunga kepadamu yang bersinar seperti wajah cantikmu.”

“Juga sayangku, saya begitu yakin ada banyak orang yang mencintaimu lebih dari saya mencintaimu. Tetapi saya tidak akan mengambil bunga itu lalu mati?”


Air mata saya jatuh ke atas tulisannya dan membuat tintanya menjadi kabur dan saya membaca kembali.

“Dan sekarang sayangku? Kamu telah selesai membaca jawaban saya, jika kamu puas dengan semua jawaban ini, tolong bukakan pintu rumah kita, saya sekarang sedang berdiri di sana dengan susu segar dan roti kesukaanmu?”

Saya segera membuka pintu dan melihat wajahnya yang penasaran sambil tangannya memegang susu dan roti.

Oh, saya percaya, tidak ada orang yang pernah mencintai saya seperti yang dia lakukan dan mengetahui saya, saya harus melupakan “bunga” itu sendiri?”

Itulah hidup, atau boleh dikatakan, cinta, ketika seseorang dikelilingi dengan cinta, kemudian perasaan itu mulai berangsur-angsur hilang dan ketika kita mengabaikan cinta sejati yang berada diantara kesepian? Cinta menunjukkan berbagai macam bentuknya, bahkan dalam bentuk yang sangat kecil dan dangkal, atau bahkan tidak punya bentuk, bisa juga dalam bentuk yang tidak ingin kita ketahui?

Bunga, saat-saat yang romantis hanyalah untuk bentuk awal dari hubungan

hahaha mungkin tlalu aneh waktu gw baca cerita ini terus d masukin k blog tapi ad bener'a juga waktu kita misal'a lupa apa c cinta itu, peduli atau g peduli lw pada cerita ini yang penting ad nilai yg mau d sampain sma yg buat ni cerita klw cinta itu bukan si bunga d tepi gunung yg harus d ambil jauh2 oleh si laki2 utk menyenangkan wanita, tapi dgn cara2 lain yg jauh lebih cool klw kata harnes

sourch : meneketehe ad pasokong gw folder 19 januari

semoga kalian suka

2 komentar:

  1. Hahahahahaaa.....
    Saut curhat nih kayanya!!!!
    Ciiieee saut!!! aassiikk :-D hehehe

    BalasHapus
  2. hahaaa... hari gini cowo itu yg ditembak cwe..
    soalnya sensus aja menunjukan perbandingan kalo wanita 7x lipat lebih banyak dr pria..

    JADI KALAU TIDAK DIPOLIGAMI AKAN BANYAK WANITA HIDUP TANPA PRIA....
    (madu tujuh gan...)

    hahahaa

    BalasHapus